Walikota Bandar Lampung Buka Suara Terkait SDN 1 Gedung Meneng.


BANDAR LAMPUNG - Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana buka suara terkait SDN 1 Gedung Meneng yang hanya mendapat lima siswa baru pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024/2025.

Seperti diketahui SDN 1 Gedong Meneng merupakan salah satu sekolah di Lampung yang pada PPDB tahun ini minim siswa barunya.

Sekolah lain SDN 1 Pecoh Raya, Bandar Lampung hanya dapat 15 siswa baru.

Lalu SDN 3 Moris Jaya, Kecamatan Banjar Agung, Tulangbawang hanya empat peserta didik baru, dan SDN 1 Komering Putih di Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah hanya menerima tujuh siswa.

Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana menilai, minimnya siswa baru di SDN 1 Gedung Meneng lantaran dipengaruhi oleh letak sekolah tersebut.

Eva mengatakan, SDN 1 Gedong Meneng berada di area perkomplekan.

Sehingga ia menilai, banyak wali murid yang lebih memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta seperti SD Islam Terpadu (IT).

“Karena bunda nilai itu kan berada di area komplek ya. Sehingga wali murid lebih memilih menyekolahkan anaknya di SD IT," kata Eva saat dikonfirmasi Tribun Lampung, Jumat (26/7/2024).

Kendati demikian, ia menyebut, pihaknya akan melakukan pengecekan langsung ke sekolah tersebut.

“Nanti kita sama dinas pendidikan akan lihat dulu seperti apa (kondisinya),” singkatnya.

Sementara Pengamat Pendidikan dari Universitas Lampung (Unila), Prof Bujang Rahman mengatakan, kalau jumlah siswa SD itu banyak sekali di Indonesia sehingga seharusnya tidak ada sekolah yang kekurangan murid.

Makanya ia mengatakan, khusus untuk SD harusnya betul-betul diterapkan sistem zonasi. Sebab, kata Prof Bujang, anak SD tidak bisa sekolah jauh dari tempat tinggalnya.

Selain itu, ia menilai kalau saat ini adanya disparitas mutu antara sekolah satu dengan lainnya.

Mulai dari fasilitas pembelajaran hingga SDM guru, sehingga orang tua berbondong-bondong cari tempat yang paling bagus.

Akibatnya sekolah yang menurut orang tua kurang bagus, tidak kebagian siswa karena tidak ada yang daftar.

Makanya, kata Prof Bujang, pemerintah berkewajiban mengkaji faktor penyebab hal itu bisa terjadi.

Pemerintah harus memperkecil disparitas mutu dengan memberikan perhatian untuk memajukan sekolah.

"Saat ini justru pemerintah mengangkat sekolah maju bisa menjadi lebih maju. Ini kan terbalik. Sekolah bagus dibantu terus dan sekolah yang tidak bagus malah tidak dilirik untuk dibantu. Itu salah besar," imbuhnya.

Kata Prof Bujang, seharusnya sekolah yang tidak kebagian murid harus mendapatkan memperhatian untuk ditingkatkan SDM dan sarprasnya.

Dan saat ditanya apakah banyaknya sekolah swasta di dekat sekolah yang minim siswa jadi salah satu faktor penyebabnya? Ia menjawab, tidak juga.

"Kalau sekolah itu bermutu, berapapun sekolah swasta di dekat sekolah tersebut akan tetap dilirik," tambahnya.

Apalagi menurutnya, logika di masyarakat selama ada sekolah pemerintah yang bagus, maka para orang tua akan memilih sekolah pemerintah

Tapi untuk masuk ke sekolah pemerintah yang bagus tidak mudah dan sulit persaingannya.

Sehingga orang tua lebih mudah memasukkan anaknya ke sekolah swasta yang mutunya baik, walaupun biayanya tinggi.

"Coba andai kata ada sekolah di bawah pemerintahan dan mutunya lebih tinggi dibandingkan sekolah swasta, tidak mungkin mereka pilih swasta. Saya yakin itu," pungkas Prof Bujang.

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama